Rabu, 09 November 2011

Apa kabar Para Pahlawan...? Nasibmu kini

Hari ni tepat tanggal 10 November
tanggal yang disakralkan dalam serimonial upacara tuk mengenang Pahlawan di Indonesia (negeri kita tercinta)
Sembari dengerin lagu Wali - Nenekku Pahlawanku (wkwkwk, kl belun punya bisa downlaod)


but, yang jadi pertanyaan sekarang siapa aja sih yang di sebut dengan pahlawan...?
kl merujuk dari lagu wali yg kita dengerin, entu neneknya yang jadi pahlawan
and ternyata di Indonesia banyak sekali pahlawan!
sehingga makna pahlawan menjadi ambigu dan kagak jelas

waktu kita masih sekolah dasar, kita cuma dicekoki pahlwan itu ya mereka-mereka yang ikut berjuang tuk kemerdekaan negeri ini, baik jiwa maupun raga. nah sekarang kl boleh kita bertanya, apakah orang -orang yang hidup di tahun 1945 semuanya pahlawan....?
kl pun mereka ikut perang, apakah mereka pahlawan....?
kl lah mereka pahlawan, kenapa mereka hidup menderita diatas tanah yang ikut mereka perjuangkan?
Menurut saya, pahlawan itu adalah mereka yg ketika perang di Indonesia memiliki jabatan, sehingga mereka bisa merasakan hasil jerih payah perjuangan, kl tidak ya... sudahlah (dengan nada ala bondan) afwan

pada dasarnya, kita dan negara masih belum bisa menghargai para pejuang, baik itu pejuang kemerdekaan ataupun pahlawan-pahlawan lainnya

Dalam perekonomian indonesia, kita mengenal istilah Pahlawan Devisa Negara
siapa mereka...?
siapa lagi kalau bukan TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
entu lho, mereka yang bekerja di luar negeri
disebut sebagai pahlawan devisa karena mereka bekerja diluar negeri, dan digaji dengan mata uang tempat mereka bekerja, dan upah atau gaji yang mereka terima akan di transfer untuk keluarga di kampung halaman sehingga menambah pundi-pundi devisa di negeri ini.

Sayangnya tenaga kerja yang dikirim kebanyakan mereka yang masuk katagori labour unskill and untrained
tenaga kerja yang tidak punya skill dan tidak terlatih, sehingga banyak orang yang beranggapan tenaga kerja Indonesia di luar negeri seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar, kebanyakan mereka bekerja sebagai pembantu. Akhirnya image yang lahir dari pengiriman TKI ke luar negeri yang terus menerus setiap tahun adalah bahwa indonesia adalah negeri yang kaya pembantu dan negeri para babu --afwan :-(
Bagaimana tidak, hanya kita yang rajin mengirim tenaga kerja untuk menjadi pembantu, sedangkan negara lain mengirim tenaga kerja yang memiliki skill dan terampil, baik dalam bentuk mereka yang bekerja dikantoran, guru, peneliti atau olah ragawan sebagai pemain dan pelatih.

Pengiriman TKI yang tiada henti juga menunjukkan bahwa negeri kita belum bisa memberi kemakmuran pada rakyatnya, miminal dilihat dari kurangnya lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan banyaknya jumlah penduduk.

Penabalan predikat pahlawan devisa negara juga perlu dipertimbangkan kembali, bagaimana tidak! dikatakan pahlwan namun dibiarkan tersiksa dan terampas hak-haknya di negeri orang.
berita - berita di televisi dan media massa lainnya, banyak memberitakan tentang TKW yg disiksa, di perkosa bahkan hendak di hukum pancung di negeri tempat dia berjuang. Lalu apa yang dilakukan negara terhadap pahlawannya, kl memang tidak bisa membantu, lebih baik predikat pejuang di hapuskan
bahkan tidak perlu ada lagi pengiriman TKI ke luar negeri kalau hanya untuk menjadi pembantu.

WaAllahu a'lam .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar