Alhamdulillah, sejak
kemarin kita sudah mendengar beberapa jama’ah haji Indonesia telah kembali ke
tanah air. Sanak family yang menanti kembalinya para jamaah dengan suka cita
menyambut kembali para jamaah haji tersebut. Pada dasarnya, Haji menurut bahasa
berarti menyengaja sesuatu. Sedangkan menurut syar’i haji adalah menyengaja
atau sengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan
syarat-syarat tertentu.
Dengan kembalinya
para jamaah haji ke tanah air, kita berharap memberikan dampak yang positif
terhadap lingkungan sosial minimal dari perubahan tingkah laku pelaku haji
tersebut. Minimal seorang yang melaksanakan ibadah haji, akan berusaha
berintropesksi diri. Dan berharap ibadah haji yang telah dilaksanakan diterima
sang Khalik, sehingga menjadi haji yang mabur dan memberikan kontribusi positif
bagi kehidupan bermasyarakat berupa uswah dalam perbuatan shalih di lingkungan
sekitar. Sehingga ibadah haji memberikan dampak kesalihan sosial.
Bila kita
perhatikan dengan seksama, pelaksanaan ibadah haji sangat pekat mengajarkan tentang
kebersamaan, toleransi, tolong menolong dan interaksi dengan sesama –khususnya kaum
muslimin-- dari berbagai belahan dunia dengan budaya dan latar belakang yang
sangat berbeda, semua itu dapat menggiring kita pada satu kesadaran bahwa
selain sebagai hamba Allah yang harus tunduk kepada-Nya, sebagai muslim kitapun
tak lebih merupakan salah satu bagian dari umat yang tersebar di berbagai
penjuru dunia. Dari kesadaran tersebut diharapkan lahir kesadaran dan tanggung
jawab sosial untuk menjadi unsur perubah yang positif di masyarakat.
Nilai –nilai yang
terkandung dalam rutinitas ibadah haji sejatinya dapat diimplementasikan para
jamaah haji ketika para jemaah itu pulang ke Tanah Air. Antara lain; Penggunaan
pakaian ihram yang serba putih bagi seluruh jamaah dari semua penjuru dunia menunjukkan
bahwa manusia sederajat dimata Allah tanpa ada perbedaan. Adanya qurban (baik
dikarenakan dam atau sekedar untuk taqorrub kepada Allah) mendidik kita untuk
memperbanyak sedekah dan peka terhadap keadaan perekonomian (kemiskinan)
masyarakat disekitar. Wuquf di arafah juga mengajarkan untuk saling mengenali
satu dengan yang lainnya sesama muslim serta saling mengingatkan dalam
kebaikan.
Seyogyanya kita
tidak sekadar memaknai ibadah haji sebagai rekreasi ruhani semata atau sekadar
memenuhi kepuasan religius pribadi, apalagi jika hanya untuk sebuah prestise
gelar semata, namun sebagai salah satu upaya yang sangat penting dalam memperbaiki
diri demi kehidupan sosial ummat yang lebih positif.
Karena pada
dasarnya haji merupakan wujud dari niat untuk mendekatkan diri kepada Allah,
sehingga memberikan efek perubahan positif dalam diri yang dapat medorong
perubahan lingkungan menjadi lebih baik. Namun, bila haji diniatkan hanya demi
sebuah tambahan gelar didepan agar dipandang mulia dilingkungan sekitar, maka
tidaklah salah bila gelar haji yang disandang diplesetkan oleh masyarakat
sekitar menjadi Haji TOMAT (Haji ketika berangkat tobat, pulang haji kembali kumat!)
Na’izubillah
Gelar “haji Tomat” disandingkan pada seorang yang ketika hendak berangkat
haji benar-benar bertobat dari segala macam maksiat yang pernah dilakukannnya
dan benar-benar telah mempersiapkan dirinya untuk melakukan ibadah haji di
tanah suci Mekah sesuai dengan tutunan yang diajarkan, namun setelah pulang
haji, pelan – pelan maksiat kembali menjadi bagian kehidupannya, tingkah laku
tak patuk dipuji apa lagi ditiru, pakean kembali mengumbar bahkan mengratiskan
aurat. Na’izubillah
Ujian terbesar jamaah haji pada dasarnya ketika kembali ke
tanah air, yaitu mempertahankan nilai-nilai positif yang telah didapatkan
selama melaksanakan ibadah haji. Bila nilai-nilai positif dari ibadah haji
dapat dipertahankan, maka sesungguhnya umat muslim memiliki kekuatan yang
sangat besar dalam membangun karakter bangsa. Setiap individu –terutama mereka-mereka
yang telah berhaji– mampu menjadi uswah bagi keluarganya, baik dalam
ibadah kepada Allah dan bergaul dengan sesama manusia, maka sesungguhnya Indonesia
akan menjadi negara yang damai, penuh kasih sayang dengan tingkat pendidikan
yang tinggi dan perekonomian yang mampu mensejahterakan rakyat
Karena sesungguhnya ritual ibadah haji mengajarkan dan
mendidik pelakunya untuk meniatkan segala sesuatunya hanya untuk dan karena Allah,
dengan selalu berzikir dan memuji keagungan-Nya, tidak membeda-bedakan manusia
karena semua sederajat dihadapan Allah, saling mengenal agar bisa saling
membantu dan menasehati dalam kebaikan serta berqurban atau bersedekah untuk
membantu kesulitan saurada seiman demi mengharapkan ridha Allah. sehingga ibadah haji bukan sekedar formalitas agama tanpa makna, namun dapat memberikan dampak positif bagi keshalihan sosial.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar