Senin, 12 Maret 2012

Bahasa gaul ma'hadie : maun kepo


Maun Kepo


Banyak istilah berkembang di lingkungan kita yang terkadang mengunakan rangkaian kalimat yang bila didefensikan maka akan menghasilkan makna yang jauh dari maksud istilah tersebut. Beberapa istilah tersebut “diklasifikasikan” sebagai bahasa alay, prokem, serta dijadikan bahasa dan istilah pergaulan bagi kalangan tertentu.

Istilah semacam ini sering tiba-tiba menjamur tanpa kita ketahui asal usulnya, secara harfiah kita memang tidak langsung mengetahui artinya, namun jika sudah digunakan dalam percakapan sehari-hari maka kita akan paham maksud dan tujuannya. Bahasa ini sering ada dalam kehidupan kita dan penggunaannya pun biasanya terkhusus bagi kalangan tertentu dan terjadi dengan seiringnya perkembangan jaman yang ada. Dimata mereka, yaitu para pengguna bahasa atau istilah seperti ini, bahasa ini begitu indah dan dapat mempererat pergaulan mereka. Dengan catatan, mereka yang mengerti bahasa ini akan saling sering bercengkrama antara satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa tersebut dan juga akan saling menemukan istilah - istilah baru lain yang dapat memperkaya perbendaharaan kosa kata bahasa komunitasnya.

Komunitas – komunitas seperti ini biasanya menjadikan bahasa sebagai sebuah identitas, dimana mereka yang mengetahui dan memahaminya berarti dianggap sebagai salah satu dari komunitas tersebut. Asyik bukan, hanya dengan mengetahui secuil bahasa tersebut anda bisa menjadi salah satu atau bagian dari mereka.. anda berminat?

Biasanya bahasa gaul akan mengalami masa “pasang-surut”, tiap generasi memiliki selera dan dinamikanya sendiri, tidak perlu dipersoalkan secara serius sebagai sebuah ancaman rusaknya tatanan bahasa, karena hanya bersifat sementara, datang dan pergi dan selalu akan begitu. Bahasa gaul hanya digunakan sebagai bahasa komunitas kaum muda usia yang mencoba membangun solidaritas dan bertahan ditengah-tengah jaman yang semakin cepat berlari….

Disamping sebagai bahasa komunitas tertentu, juga ada beberapa istilah yang berlaku di daerah-daerah tertentu saja, seperti sarapan narkoba istilah anak kost-an di Jogja untuk menyatakan sarapan NASI KARO BA’WAN (Sarapan nasi lauknya bakwan), Istilah makan Jama’ atau makan rapel biasa digunakan anak kost-an untuk menyatakan sarapan dan makan siang di satu waktu, Angek istilah medan yang berarti iri atau tidak senang, dan banyak lagi yang berkembang di masyarakat kita.

Dalam dunia pesantren terdapat juga istilah-istilah menarik yang hanya di pahami oleh para penghuni pesantren itu sendiri, diantaranya ustad asad (tukang kusuk guru singa), Argentum dan Falestum (digunakan untuk meminta persetujuan rekan-rekan dalam rapat kerja organisasi santri), Akh merefak / akh songket (menyatakan adek angkat), A’do’ mu’in (asisten atau pesuruh istihah untuk anggota yang biasanya disuru-suruh tuk ngambil air), Googlepedia (dinyatakan sebagai ungkapan serba tau), Patroli / Tandzif (untuk mengungkapkan orang yang datang ke kantin bermodalkan persahabatan dan senyum), Kaman wa wa (ungkapan yang maksudnya adalah “lagi berdan-dan”), Qirdu zahab (ungkapan “karamas”), ma’rifatul imla’ (menyatakan lauk “tahu isi”) dan masih banyak lagi lainnya, termasuk lughoh sina’i, baik sina’i murni maupun sina’i biharfi ziyadah.

Masih ingatkah anda istilah Maun Ma’rifah? apabila diartikan secara bahasa, sebenarnya makna kalimat diatas adalah Air Tahu. namun yang dimaksud adalah air susu kedelai yang sangat laris manis di kantin terutama di kalangan santri. Seakan tidak mau kalah saing dengan santri, kini di kalangan santri wati popoler istilah baru yaitu MAUN KEPO.

Mari kita telaah lebih dalam istilah baru ini,
Seperti buku-buku pelajaran yang biasa kita bahas di kelas dulu, biasanya pembahasan diawali dengan ta’riif atau defenisi.

Defenisi dari bahasa maun artinya air, kepo merupakan bahasa gaul santriwati tuk menyatakan kampungan.

Selidik punya selidik, ternyata kata kepo berasal dari bahasa Hokian. ''Ke'' berarti ''bertanya'', dan ''Po'' (Apo) berarti ''nenek''. Jadi, ''kepo'' berarti nenek-nenek yang suka bertanya. Atau, secara umum dimaknai jadi seseorang yang pengin tahu banget. Ada versi lain yang mengatakan bahwa kepo itu singkatan dari Knowing Every Particular Object. Maknanya pun sama, sifat ingin tahu berlebihan. Disamping makna diatas ada juga yang mengartikan kepo dengan mau tau urusan orang lain, KElakuan POlisi (Seperti tugas polisi-polisi pada umumya yaa selalu bertanya-tanya kayak wartawan), ndeso / katrok terakhir tukang gossip yang selalu mau tau urusan orang lain.

Namun, santriwati lebih memaknai kepo sebagai ndeso atau kampungan, sehingga bila digabung maun kepo maka maknanya adalah air kampung. $@%^&@%#^%&^$%&>....?

Maksudnya paan donk, maun kepo? Airnya kampungan? Ato air dari kampung?

Ternyata tidak keduanya..!

Karena air yang yang dimaksud maun disini adalah air dalam kemasan, bukan sekedar air putih namun sejenis teh dalam kemasan botol. Bahkan, minuman kemasan ini dingin dan dikeluarkan melalui sebuah mesin yang bisa diisi ulang (reload) yaitu berasal dari vending machine atau mesin jual otomatis. Lalu kenapa jadi kepo?

Seperti biasa, dibalik pemberian nama atau istilah pada suatu hal, selalu ada cerita atau kejadian yang mengiringinya, demikian juga dengan pemberian nama atau istilah maun kepo untuk minuman yang dari berasal dari vending machine tersebut. Berawal dari kesusahan santriwati untuk memasukkan uang kertas pecahan lima ribu (Rp. 5.000,-) atau sepuluh ribu (Rp. 10.000,-) kedalam vending machine sebagai konpensasi untuk mendapatkan minuman dingin kemasan, mengingat adanya aturan yang ketat diterapkan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang tidak baik bagi perusahaan penyedia jasa minuman ini, antara lain uang tidak lecek atau terlalu kusut serta memasukkan uang diawali dari sisi uang yang memiliki gambar terawang.

Mengingat mesin ini masih tergolong baru di pondok, sehingga ada saja santriwati yang ketika memasukkan uang kedalam vending machine, dan mesin tidak menerima uang tersebut. Penolakan ini baik dikarenakan kusutnya uang yang dimasukkan atau dikarenakan cara memasukkan uang yang salah. Bila hal Ini terjadi bisanya santri wati lainnya (kawan-kawan yang ingin minum bareng) spontan kan bilang “kepo”. Sehingga santri wati secara aklamasi menyatakan istilah untuk minuman dingin yang berasal dari vending machine ini dengan istilah maun kepo.

Walaupun ada minuman yang sejenis bahkan dari perusahaan minuman yang sama tetapi diambil atau tidak berasal dari mesin yang disediakan tersebut, maka minuman tersebut tidak disebut maun kepo, hanya surub (minuman) saja. Aneh tapi nyata and menarik ^-^

Lantas istilah apalagi yang masih terngiang di dalam benak anda semasa hidup di pondok dulu .....?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar