Maun Kepo
Banyak
istilah berkembang di lingkungan kita yang terkadang mengunakan rangkaian
kalimat yang bila didefensikan maka akan menghasilkan makna yang jauh dari
maksud istilah tersebut. Beberapa istilah tersebut “diklasifikasikan” sebagai
bahasa alay, prokem, serta dijadikan bahasa dan istilah pergaulan bagi kalangan
tertentu.
Istilah
semacam ini sering tiba-tiba menjamur tanpa kita ketahui asal usulnya, secara
harfiah kita memang tidak langsung mengetahui artinya, namun jika sudah
digunakan dalam percakapan sehari-hari maka kita akan paham maksud dan
tujuannya. Bahasa ini sering ada dalam kehidupan kita dan penggunaannya pun biasanya
terkhusus bagi kalangan tertentu dan terjadi dengan seiringnya perkembangan
jaman yang ada. Dimata mereka, yaitu para pengguna bahasa atau istilah seperti
ini, bahasa ini begitu indah dan dapat mempererat pergaulan mereka. Dengan
catatan, mereka yang mengerti bahasa ini akan saling sering bercengkrama antara
satu dengan yang lain dengan menggunakan bahasa tersebut dan juga akan saling
menemukan istilah - istilah baru lain yang dapat memperkaya perbendaharaan kosa
kata bahasa komunitasnya.
Komunitas
– komunitas seperti ini biasanya menjadikan bahasa sebagai sebuah identitas,
dimana mereka yang mengetahui dan memahaminya berarti dianggap sebagai salah
satu dari komunitas tersebut. Asyik bukan, hanya dengan mengetahui secuil
bahasa tersebut anda bisa menjadi salah satu atau bagian dari mereka.. anda
berminat?
Biasanya
bahasa gaul akan mengalami masa “pasang-surut”, tiap generasi memiliki selera
dan dinamikanya sendiri, tidak perlu dipersoalkan secara serius sebagai sebuah
ancaman rusaknya tatanan bahasa, karena hanya bersifat sementara, datang dan
pergi dan selalu akan begitu. Bahasa gaul hanya digunakan sebagai bahasa
komunitas kaum muda usia yang mencoba membangun solidaritas dan bertahan
ditengah-tengah jaman yang semakin cepat berlari….
Disamping
sebagai bahasa komunitas tertentu, juga ada beberapa istilah yang berlaku di
daerah-daerah tertentu saja, seperti sarapan narkoba istilah anak kost-an di
Jogja untuk menyatakan sarapan NASI KARO BA’WAN (Sarapan nasi lauknya bakwan),
Istilah makan Jama’ atau makan rapel biasa digunakan anak kost-an untuk
menyatakan sarapan dan makan siang di satu waktu, Angek istilah medan yang
berarti iri atau tidak senang, dan banyak lagi yang berkembang di masyarakat
kita.
Dalam
dunia pesantren terdapat juga istilah-istilah menarik yang hanya di pahami oleh
para penghuni pesantren itu sendiri, diantaranya ustad asad (tukang kusuk guru
singa), Argentum dan Falestum (digunakan untuk meminta persetujuan rekan-rekan
dalam rapat kerja organisasi santri), Akh merefak / akh songket (menyatakan
adek angkat), A’do’ mu’in (asisten atau pesuruh istihah untuk anggota yang
biasanya disuru-suruh tuk ngambil air), Googlepedia (dinyatakan sebagai
ungkapan serba tau), Patroli / Tandzif (untuk mengungkapkan orang yang datang
ke kantin bermodalkan persahabatan dan senyum), Kaman wa wa (ungkapan yang maksudnya
adalah “lagi berdan-dan”), Qirdu zahab (ungkapan “karamas”), ma’rifatul imla’ (menyatakan
lauk “tahu isi”) dan masih banyak lagi lainnya, termasuk lughoh sina’i, baik
sina’i murni maupun sina’i biharfi ziyadah.
Masih
ingatkah anda istilah Maun Ma’rifah? apabila diartikan secara bahasa,
sebenarnya makna kalimat diatas adalah Air Tahu. namun yang dimaksud adalah air
susu kedelai yang sangat laris manis di kantin terutama di kalangan santri. Seakan
tidak mau kalah saing dengan santri, kini di kalangan santri wati popoler
istilah baru yaitu MAUN KEPO.
Mari
kita telaah lebih dalam istilah baru ini,
Seperti
buku-buku pelajaran yang biasa kita bahas di kelas dulu, biasanya pembahasan
diawali dengan ta’riif atau defenisi.
Defenisi
dari bahasa maun artinya air, kepo merupakan bahasa gaul santriwati tuk
menyatakan kampungan.
Selidik
punya selidik, ternyata kata kepo berasal dari bahasa Hokian. ''Ke'' berarti
''bertanya'', dan ''Po'' (Apo) berarti ''nenek''. Jadi, ''kepo'' berarti nenek-nenek
yang suka bertanya. Atau, secara umum dimaknai jadi seseorang yang pengin tahu
banget. Ada versi lain yang mengatakan bahwa kepo itu singkatan dari Knowing
Every Particular Object. Maknanya pun sama, sifat ingin tahu berlebihan. Disamping
makna diatas ada juga yang mengartikan kepo dengan mau tau urusan
orang lain, KElakuan POlisi (Seperti tugas polisi-polisi pada umumya yaa selalu
bertanya-tanya kayak wartawan), ndeso / katrok terakhir tukang gossip yang
selalu mau tau urusan orang lain.
Namun,
santriwati lebih memaknai kepo sebagai ndeso atau kampungan, sehingga bila
digabung maun kepo maka maknanya adalah air kampung.
$@%^&@%#^%&^$%&>....?
Maksudnya
paan donk, maun kepo? Airnya kampungan? Ato air dari kampung?
Ternyata
tidak keduanya..!
Karena
air yang yang dimaksud maun disini adalah air dalam kemasan, bukan sekedar air putih
namun sejenis teh dalam kemasan botol. Bahkan, minuman kemasan ini dingin dan dikeluarkan
melalui sebuah mesin yang bisa diisi ulang (reload) yaitu berasal dari vending
machine atau mesin jual otomatis. Lalu kenapa jadi kepo?
Seperti
biasa, dibalik pemberian nama atau istilah pada suatu hal, selalu ada cerita
atau kejadian yang mengiringinya, demikian juga dengan pemberian nama atau
istilah maun kepo untuk minuman yang dari berasal dari vending machine
tersebut. Berawal dari kesusahan santriwati untuk memasukkan uang kertas
pecahan lima ribu (Rp. 5.000,-) atau sepuluh ribu (Rp. 10.000,-) kedalam vending
machine sebagai konpensasi untuk mendapatkan minuman dingin kemasan, mengingat
adanya aturan yang ketat diterapkan untuk mengantisipasi segala kemungkinan
yang tidak baik bagi perusahaan penyedia jasa minuman ini, antara lain uang
tidak lecek atau terlalu kusut serta memasukkan uang diawali dari sisi uang
yang memiliki gambar terawang.
Mengingat
mesin ini masih tergolong baru di pondok, sehingga ada saja santriwati yang
ketika memasukkan uang kedalam vending machine, dan mesin tidak menerima
uang tersebut. Penolakan ini baik dikarenakan kusutnya uang yang dimasukkan
atau dikarenakan cara memasukkan uang yang salah. Bila hal Ini terjadi bisanya
santri wati lainnya (kawan-kawan yang ingin minum bareng) spontan kan bilang
“kepo”. Sehingga santri wati secara aklamasi menyatakan istilah untuk minuman
dingin yang berasal dari vending machine ini dengan istilah maun kepo.
Walaupun
ada minuman yang sejenis bahkan dari perusahaan minuman yang sama tetapi diambil
atau tidak berasal dari mesin yang disediakan tersebut, maka minuman tersebut
tidak disebut maun kepo, hanya surub (minuman) saja. Aneh tapi nyata and
menarik ^-^
Lantas
istilah apalagi yang masih terngiang di dalam benak anda semasa hidup di pondok
dulu .....?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar